CAPITAL
ASSET PRICING MODEL (CAPM) /
MODEL
PENETAPAN HARGA AKTIVA MODAL
A.
Pengertian Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Ada tiga metode untuk menghitung biaya ekuitas yaitu
bunga bebas risiko plus premi tambahan, dividend yield plus capital gain yang diharapkan
(model Gordon), dan model CAPM (capital asset pricing model).
Di antara ketiga metode ini, CAPM yang paling populer.
Pakar keuangan belum pantas dijuluki ahli finansial jika belum mengenal model
CAPM ini. Tidak ada buku keuangan dan investasi di perguruan tinggi yang tidak
mendedikasikan satu bab khusus untuk membahas CAPM. Model ini dikembangkan
tahun 1964 oleh William Sharpe, pemenang nobel ekonomi tahun 1990.
Sharpe sendiri adalah seorang profesor keuangan di
University of California, Los Angeles (UCLA) dan dosen di Stanford University.
Pada saat yang hampir bersamaan, model serupa juga dikembangkan oleh John
Lintner dan Jan Mossin sekitar tahun 1964–1966. Jika model didiskontokan, model
kelipatan harga, dan model lainnya ingin menghitung harga wajar sebuah saham
atau nilai intrinsik saham, CAPM sejatinya menghitung return wajar sebuah saham
yang disesuaikan dengan risikonya.
Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital
Asset Pricing Model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern.Capital Asset Pricing Model (CAPM)
memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat
harapan pengembalian (expected return).
Walaupun Capital Asset Pricing Model
belum dapat dibuktikan secara empiris, tetapi sudah luas digunakan karena model
ini cukup akurasi pada aplikasi penting.
Capital Asset Pricing Model mengasumsikan
bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki
persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio
yang optimal. Capital Asset Pricing Model
juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar,
dan para investor adalah para price-takers,
tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara
umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang
tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio
yang risikonya identik.
Capital
Asset Pricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu asset. Model ini mendasarkan diri pada
kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang
disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko
tersebut. Disini risiko bukan lagi diartikan sebagai deviasi standar tingkat
keuntungan, tetapi diukur dengan beta. Penggunaan parameter ini konsisten
dengan teori portofolio yang mengatakan bahwa apabila pemodal melakukan
diversifikasi dengan baik, maka pengukur risiko dari tambahan saham kedalam
portofolio. Apabila pemodal memegang portofolio pasar, maka sumbangan risiko
ini tidak lain adalah beta.
Jika kita perhatikan perumusan standar CAPM maka
sebenarnya pembentukan model tersebut menggunakan serangkaian asumsi
penyederhanaan. Pengujian suatu model bukanlah pada realistis tidaknya
asumsi-asumsi yang dipergunakan, tetapi pada seberapa tepat model tersebut
mencerminkan realitas. Meskipun demikian dijelaskan bagaimana kalau sebagian
asumsi-asumsi tersebut dilonggarkan, yaitu bagaimana kalau short selling tidak diperkenankan dan bagaimana kalau tidak bisa
dijumpai adanya Rr Hasilnya ternyata CAPM yang standar tidaklah banyak
mengalami perubahan.
B. Konsep – Konsep Penting CAPM
1. Risiko
Sistematis (Systematic Risks)
Risiko Sistematis (Systematic
risks) adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan dengan
seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari. Resiko sistematis
atau dikenal dengan resiko pasar/resiko umum merupakan resiko yang berkaitan dengan
perubahan yang terjadi dipasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut
akan mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi. Dengan kata lain, resiko sistematis merupakan risiko yang
tidak dapat didiversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan
perekonomian, politik dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara
keseluruhan. Risiko ini juga disebut indivertible
risk. Faktor yang mempengaruhi :
a.
Perubahan tingkat bunga
b.
Kurs valuta asing
c.
Kebijakan pemerintah
d.
Daya beli masyarakat, dll
2. Risiko tidak Sistematis (Unsystematic Risk)
Risiko
tidak Sistematis (Unsystematic risk)
adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat
dipisahkan. Resiko yang tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik
(resiko perusahaan), adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar
secara keseluruhan. Resiko perusahaan lebih terkait pada perubahan posisi mikro
perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa
resiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam
suatu portofolio. Risiko ini juga disebut diversifiable
risk. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi :
a. Struktur modal
b. Struktur aset
c. Tingkat likuiditas
3. Risiko Pasar
Market Risk (risiko pasar), sering
disebut juga sebagai interest rate risk,
nilai investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan
pemilik investasi mengalami capital loss.
Reinvestment risk, risiko yang
disebabkan sebuah aset akan memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa
waktu di masa yang akan datang.
4. Default Risk
Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau
bahkan pokok aset.
5. Inflation Risk
Risiko menurunya nilai riil aset
karena inflasi.
6. Currency Risk
Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai
tukar mata uang yang dipakai oleh aset.
7. Political Risk
Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam
peraturan atau hukum karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan
penguasa.
8. Beta
Beta menghubungkan kovarian dari
sebuah aset dengan portofolio pasar dengan varian dari portofolio pasar, dan
didefinisikan sebagai Laba yang
diharapkan CAPM – hubungan BETA. Garis pasar sekuritas (SML) adalah sebuah
spesifikasi CAPM akan bagaimana resiko dan tingkat laba yang dibutuhkan untuk
aset, sekuritas atau portofolio apapun adalah terkait. Teori ini mengajukan
sebuah hubungan linier antara resiko aset dan tingkat laba yang dibutuhkannya.
Capital Asset Pricing Model (CAPM)
menjelaskan bahwa beta merupakan alat pengukur risiko yang relevan, dan
terdapat hubungan yang positif dan linear antara tingkat keuntungan yang
diharapkan dengan beta. Jika kita ingin mengetahui sumbangan suatu saham
terhadap risiko suatu portofolio yang di diversifikasi secara baik, tetapi kita
harus mengukur risiko pasarnya dan ini membawa kita untuk mengukur kepekaan
saham tersebut terhadap perubahan pasar. Kepekaan tingkat keuntungan terhadap
perubahan-perubahan pasar biasa disebut sebagai beta investasi tersebut.
9. Security Market Line
Garis pasar modal menggambarkan
trade-off resik laba dalam pasar finansial dalam ekuilibrium. Namun, hal itu
hanya berlaku bagi portofolio efisien dan tidak bisa digunakan untuk
mempertimbangkan ekuilibrium laba yang diharapkan untuk satu negara. Dalam CAPM
semua investor akan memegang portofolio pasar, yang merupakan portofolio
pembanding terhadap portofolio lainnya yang diukur. Investor akan mengharapkan
premium resiko untuk membeli sebuah aset beresiko seperti saham. Semakin besar
resiko dari saham itu, maka seharusnya semakin tinggi premium resiko. Jika
investor memegang portofolio yang didiversifikasi dengan baik, mereka harus
tertarik dalam resiko portofolio daripada resiko sekuritas individual. Saham
yang berbeda akan mempengaruhi sebuah portofolio yang didiversifikasi dengan
baik secara berbeda. Resiko relevan bagi sebuah saham individual adalah
kontribusinya pada resiko dari sebuah portofolio yang didiversifikasi dengan
baik.
C. Asumsi – Asumsi CAPM
Beberapa
ahli menganggap bahwa asumsi-asumsi yang digunakan di CAPM supaya model ini
lebih realistis mewakili kenyataannya. Hasil dari pelepasan asumsi-asumsi
ternyata tidak banyak merubah hasil prediksi dari CAPM.
Asumsi-asumsi yang digunakan di model
CAPM adalah sebagai berikut:
1. Semua
investor mempunyai cakrawala waktu satu periode yang sama. Investor
memaksimumkan kekayaannya dengan memaksimumkan utility harapan dalam satu periode waktu yang sama.
2. Semua
investor melakukan pengambilan keputusan investasi berdasarkan pertimbangan
antara nilai return ekspektasian dan deviasi standar return dari portofolionya.
3. Semua
investor mempunyai harapan yang seragam (homogeneous
expectation) terhadap faktor-faktor input yang digunakan untuk keputusan
portofolio.
4.
Semua investor dapat meminjamkan
sejumlah dananya (lending) atau
meminjam (borrowing) sejumlah data
dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas risiko.
Asumsi ini menyatakan bahwa pemodal bisa menyimpan dan
meminjam dengan tingkat bungan yang sama dan bebas risiko jelas tidak
realistis. Lebih realistis kalau pemodal bisa menyimpan uangnya pada tingkat
bunga yang bebas risiko (misal dengan Sertifikat Bank Indonesia) tetapi kalau
meminjam tentulah terbatas dan tingkat bunga simpanan. Sebelum kita menggunakan
asumsi tersebut, marilah kita gunakan skenario pada saat pemodal tidak bisa
menyimpan dan meminjam dengan tingkat bunga bebas risiko yang sama. Ada
beberapa model dalam Riskless Lending dan Borrowing Rate ini yaitu:
a. Tidak ada Riskless Lending And Borrowing Rate
b. Terdapat Riskless Lending tetapi tidak ada Riskless Borrowing
5.
Penjualan pendek (short sale) diijinkan. Investor
individual dapat menjual pendek berapapun yang dikehendaki.
Hal ini berarti semua investor dapat menjual saham
yang tidak dimilikinya (short sale) sebanyak yang diinginkannya. Pada
kenyataannya, short sale mempunyai
persyaratan dan mekanisme yang tidak mudah dipenuhi oleh semua orang, sehingga
tidak mungkin investor melakukan short
sale tanpa batas
6. Semua
aktiva dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dengan terbatas.
7. Semua
aktiva dapat dipasarkan secara likuid sempurna.
8. Tidak
ada biaya transaksi. Penjualan atau pembelian aktiva tidak dikenai biaya
transaksi.
yaitu biaya–biaya pembelian dan penjualan saham
seperti biaya broker, biaya penyimpanan saham (custodian), dan lain-lain. Pada
kenyataannya, jual-beli saham dikenakan biaya transaksi, sehingga mengurangi
return investasi tersebut dan akan menjadi pertimbangan bagi investor dalam
membuat keputusan investasi.
9. Tidak
terjadi inflasi.
10. Tidak
ada pajak pendapatan pribadi.
Bentuk standar dari CAPM mengabaikan
adanya pajak. Asumsi tersebut mempunyai implikasi bahwa para pemodal bersikap indifferent untuk menerima penghasilan
dalam bentuk capital gains ataupun deviden dan bahwa para pemodal memegang
portofolio sekuritas yang berisiko yang sama. Apabila kita mengakui adanya
pajak, dan terutapma bahwa pajak atas capital
gains umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pajak atas deviden, harga keseimbangan dari
sekuritas-sekuritas tersebut akan berubah. Dengan adanya pajak para pemodal
akan mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang diharapkan atas dasar setelah
pajak. Pertimbangan ini mempunyai implikasi bahwa meskipun ada pengharapan yang
homogen (homogeneous expectation)
tentang keuntungan portofolio sebelum pajak, efficient frontier yang relevan (setelah pajak) bagi masing-masing
pemodal akan berbeda.
11. Investor
adalah penerima harga.
12. Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium.
Ø Semua
investor akan memilih portofolio pasar yaitu portofolio yang berisi semua
aktiva yang ada di pasar
Ø Portofolio
pasar ini adalah portofolio aktiva berisiko yang optimal, yaitu yang berada
pada efficient frontier
D.
Hubungan Risiko dan Return dalam Capital
Asset Pricing Model (CAPM)
Hubungan
antara besarnya risiko serta return yang diperoleh dengan metode CAPM
dapat dilihat dari garis pasar modal (GPM) atau capital market line
(CML) dan juga garis pasar sekuritas (GPS) atau security market
line (SML). Keadaan ekuilibrium pasar yang berhubungan dengan return
ekspektasi dan risiko dapat digambarkan oleh Capital Market Line (CML), sedangkan
untuk sekuritas individual hubungan antara return ekspektasi dan risiko
dapat digambarkan oleh Security Market Line (SML). Garis-garis tersebut
yaitu :
1. Capital Market Line

Keterangan :
E(Rp) : Expected return yang
diminta untuk portofolio dengan risiko sebesar σp
Rf : Tingkat pengembalian bebas
risiko
σm : Risiko dari return-return
pasar
σp : Risiko portofolio dari return-return
portofolio lainnya yang berada di CML
Berdasarkan
gambar tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan, yaitu jika
portofolio pasar hanya berisi
aktiva tidak berisiko, maka risikonya akan samadengan nol (σp=0) dan return
ekspektasinya sama dengan risk free (Rf). Selain itu jika portofolio terdiri
dari semua aktiva yang ada, maka risikonya G (Garis Pasar Modal) 30 adalah
sebesar (σm) dengan return ekspektasiannya sebesar E(Rm). Selisih antara
[E(Rm)-Rf] merupakan premium risiko dari portofolio pasar karena
menanggung risiko lebih besar,
yaitu sebesar σm.
2. Security Market Line
“Garis pasar sekuritas adalah garis yang menunjukkan
trade-off antara risiko
dan return ekspektasian untuk sekuritas individual“
(Jogiyanto,2009). Garis Pasar Sekuritas/Security Market Line (SML)
merupakan penggambaran secara grafis dari model CAPM. Gambar dari SML secara
jelas yaitu :
Gambar
2. Security Market Line
Keterangan :
E(Ri) :
Tingkat pengembalian yang diharapkan
Rf
: Tingkat pengembalian bebas
risiko
[E(Rm)]
: Tingkat pengembalian yang diharapkan atas portofolio pasar
Beta :
Risiko sekuritas individual
Berdasarkan
gambar tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tambahan return
ekpektasian untuk sekuritas individual diakibatkan oleh tambahan risiko
sekuritas individual yang diukur dengan beta. Beta menentukan besarnya tambahan
return ekspektasian untuk sekuritas individual dengan asumsi bahwa untuk
portofolio yang didiversifikasikan dengan sempurna, risiko tidak sistematis
cenderung menjadi hilang dan hanya risiko sistematis yang diukur dengan beta.
Beta untuk portofolio pasar adalah bernilai 1. Suatu sekuritas yang mempunyai
beta lebih kecil dari 1 dikatakan memiliki risiko lebih kecil dari risiko
portofolio pasar. Sebaliknya, suatu sekuritas yang mempunyai nilai beta lebih
besar dari 1 dikatakan mempunyai risiko lebih besar dari risiko pasar. Jika
suatu sekuritas memiliki beta sama dengan 1, maka sekuritas ini memiliki return
ekspektasi yang sama dengan return ekspektasi portofolio pasar.
Referensi :
Modul Kuliah MANAJEMEN KEUANGAN, Pascasarjana UNIBA Surakarta, Tahun 2017.
Dosen Dr. SUPAWI PAWENANG, SE., MM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar